Kamis, 29 Desember 2011

Satwa di Yogyakarta


Rumah satwa dipusat kota Jogja

Seorang Birdwatcher Jogja sedang mengabadikan momen (Digiscoping ) foto Burung migran di Km-0 Malioboro Yogyakarta.Foto oleh : Joko setiyono
Bila kita bicara Yogyakarta, maka Malioboro adalah tempat yang tak bisa terlewatkan. Selain sebagai tempat pusat perbelanjaan yang dapat memuaskan dahaga para wisatawan dengan berbagai olah dan oleh yang unik, mulai dari pakaian khas Jogja (batik red) sampai pernak-pernik menarik berbagai model. Malioboro juga merupakan pusat mengekspresikan berbagai wujud kesenian yang biasa di pajang di sepanjang jalan malioboro hingga perempatan km-0, mulai dari nasi Kucing raksasa, guci, sampai patung tubuh manusia yang berbadan tumbuhan. Disamping beribu kesibukan yang tergambar di Malioboro disetiap harinya, ternyata Malioboro juga menyimpan peran penting dalam dunia hayati, bahkan bisa dikatakan bahwa malioboro adalah salah satu tempat penting (important site) bagi beberapa jenis hewan. Dikatakan demikian karena malioboro merupakan salah satu tempat transit bagi puluhan ribu burung migran (burung yang melakukan migrasi).
Migrasi burung merupakan perpindahan burung dari lokasi tempat burung menetap menuju lokasi baru yang lebih mendukung kehidupan. Baik dari segi pakan, predasi, maupun gangguan lain. Migrasi burung di km-0 malioboro diketahui berasal dari belahan bumi utara yang sedang mengalami musim dingin dimana saat itu seluruh rantai makanan terputus oleh hibernasi yang panjang. Seperti Jalak cina (Sturnus sturninus) yang bermigrasi dari Siberia. 
Moment migrasi burung merupakan hal yang menjadi Hotnews



dikalangan para pecinta burung tanah air, khususnya di Yogyakarta. Di Jogja (sapaan akrab Yogyakarta) fenomena yang hanya terjadi dari bulan September sampai Maret ini menjadi ajang untuk sekedar mengabadikan moment berupa foto, namun ada juga yang intens melakukan monitoring untuk dijadikan tulisan atau penelitian. Seperti perhitungan populasi Jalak cina (Sturnus sturninus) oleh Joko setiyono (Kurik) dari TESIA (Tim Ekspedisi Ornitologi Biolaska) yang mencapai 2.350 individu,  pengamatan perilaku Alap-alap kawah (Falco peregrinus) oleh Nurdin setio budi (Cempe) dari TESIA (Tim Ekspedisi Ornitologi Biolaska) dan perhitungan populasi Layang-layang asia (Hirundo rustica) oleh Satria agung purnomo (mas azat) dari TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) yang mencapai lebih dari 50.000 individu. Selain itu juga teramati Punai gading (Treron vernans), Sikatan emas (Ficedula zanthophygia), Caladi ulam (Dendrocopus macei), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) dll yang belum mendapat perhatian lebih oleh para pengamat burung dan para akademisi Yogyakarta.


“Awali hari dengan peduli” Salam konservasi........


Oleh : Joko setiyono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer