Selasa, 01 Mei 2012

FOBI Eksplorasi Cangar


Dari Hobi Fotografi hingga Ekspedisi FOBI

keluarga FOBI di cangar ketika Ekspedisi

Bagiku FOBI bukan sekedar tempat Upload foto atau alat bantu identifikasi. lebih dari itu, FOBI (Foto Biodiversitas Indonesia) merupakan kumpulan orang-orang yang sudah aku anggap sebagai pendukung (motifator) bagi perjalananku selama menunaikan kewajiban belajar di kota Jogjakarta.
Oh ya, ngomong-ngomong soal FOBI, Seminggu lagi FOBI punya gawe ni, yaitu akan melakukan Ekspedisi ke salah satu kawasan yang bertempat di Malang Jawa Timur, lebih tepatnya Cangar. Dengar-dengar Cangar merupakan salah satu tempat wisata dengan berbagai keindahan panoramanya yang di lengkapi dengan kolam pemandian Air panas, selain itu juga merupakan Spot pengamatan yang sangat menarik bagi para pengamat Burung, karena memang ditempat tersebut dapat dengan mudah dijumpai  burung-burung yang tergolong langka dan  sulit di temui di tempat lain, seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Anis sisik dan lainnya. serta terdapat pula salah satu jenis anggrek yang endemic (Kata mas Imam), serta Flora dan Fauna lain yang tidak kalah menarik.
Saat ini, aku dan Mas Untung yang pada saat itu berada di Taman kuliner  telah sepakat untuk mengikuti ekspedisi, setidaknya ada dua orang dari Biolaska yang mewakili. Sempat terfikir untuk menggaet teman lain dari biolaska (mas nurdin dan mas avid) sasaranya,
 “ mang,.. kayak e nek Nurdin karo mas Avid di ajak gak mungkin Nolak deh…..” ucapku pada bang un (sapaan akrab mas Untung Sarmawi)
“di cobo ae…” jawab mang un
Setelah dari taman kuliner aku dan mang un bergegas Nyapen (datang ke Sapen ) yang selama ini menjadi pusat perkumpulan kroco-krocone Biolaska. Sesampainya disana kami memamerkan hasil diskusi di TamKul (Taman Kuliner) perihal Ekspedisi Perdana FOBI pada teman-teman lain.
“Dugaan ku benar…..” respon positif diperlihatkan oleh Teman-teman biolaska
“Aku melu…..aku melu…..” dengan penuh semangat Nurdin dan Avid menjawab
“ah…lega, ada 4 orang setidaknya bisa meramaikan cangar dengan ke-GeJe-an (kegokilan) yang kita punya…..
Hari demi hari terus berlalu, dan tanpa terasa Ekspedisi Cangar hanya tinggal menunggu hitungan Jam. Sempat terselip rasa ragu untuk dapat mengikuti Ekspedisi, karena selain Modal yang tak kunjung datang.  masalah lain muncul karena hari ekspedisi bertepatan dengan UTS (Ujian Tengah Semester) di UIN JOGJA, sedangkan  segala upaya yang dilakukan untuk negosiasi dengan Dosen yang bersangkutan di kampus tidak menemukan titik temu…” maklum masih mahasiswa
Setelah berfikir panjang sepanjang rel  deket kos temenku, akhirnya kuputuskan.
“Ah ya sudah !!!, apapun yang terjadi harus tetap berangkat Cangar….toh Namaku juga sudah di catat sama penyelenggara….”soal kuliah bisa di lobi setelah pulang…” Gumamku sambil meyakinkan diri

7 jam sebelum pemberangkatan
Aku masih dikontrakanku di Gowok D1 no: 171 sambil  menunggu pakaian tempurku kering dari Jemuran, masih terfikir akan dompet kosongku yang tak kunjung mendapatkan Tamu. Sambil iseng iseng sms an dengan Mang Un.
“mang…..pye ki…..? urung ono sangu e……” tanyaku via sms
 “ wes to….tenang ae….penting mangkat, Soal sangu urusane Gusti Alloh” balasan sms dari Mang Un yang berusaha membuat ku tenang.
“we ng di mang…?”
“sapen, rene ae….”
Seketika langsung kutancap gas menuju Sapen berharap mendapatkan solusi dari para sesepuh. 15 menit kemudian sampailah aku di sapen …..
“Assalamualaikum…..”suaraku lantang
“Wa’alaikumsalam” serempak suara penghuni kos sapen Gk 1/524 menjawab dengan lemas
“hallo Boy….pye ? ono sangu ta? Tanyaku pada mereka
“ podo ae jack….duwitku tinggal satus” jawab nurdin
Eng ing eng……..seketika teringat bahwa di ATM ku masih terselip saldo Rp. 118.000, wah kurang 2 ribu lagi biar bisa di ambil 100. Kebetulan ATM ku bisa di sisain sampai 20.000, langsung terfikir untuk minta transfer ke mang un
“ mang..aku ngko njalok duitmu 2000 yo…, tp kirim neng ATM ku ” pintaku, sambil menjelaskan perihal ATM
“yo..gampang,” jawab mang un
 Wal hasil, setelah ngobrol ngalor ngidul, waktu menunjukan pukul 20.00 WIB. Sudah saatnya siap-siap untuk segera berangkat ekspedisi.
Segera perkumpulan disudahi dan berpencar untuk saling mempersiapkan sarana dan prasarana Ekspedisi.
Sesampainya dikontrakan ternyata semua pakaian yang ada dijemuran basah karena Hujan. “Asem” ucapku ….karena serunya obrolan tadi sampai lupa kalau punya jemuran. Terpaksa pakai jasa Setrika walaupun suara “nyossss…..nyoossssss” terus terdengar dari pakaian yang dipaksa kering sebelum waktunya….
“kring….kringg….” terdengar suara Sms dari mas Imam yang menjelaskan bahwa keberangkatan di undur yang tadinya jam 10 menjadi jam 11.00 WIB, ah lumayan, masih ada waktu untuk nyetrika dan maem bareng temen-temen biolaska yang sudah menunggu di tempat makan.
“kring kring……” Hp kembali berdendang, ternyata sms dari temen- temen yang sudah tak sabar menunggu kedatanganku di warung makan (angkringan pramugari ). “ ok. Meluncur” jawabku.
Tak terasa keberangkatan tinggal hitungan menit, sembari sibuk menyrutup segelas es teh. Akhirnya diputuskan untuk berkumpul di sapen. dan berangkat bareng ke Janti, ditempat yang telah ditentukan oleh para Ekspeditioner dari Jogja.
“Setelah hidup dalam kebimbangan selama beberapa hari, akhirnya jadi juga berangkat ke Malang”gumamku.
Perjalanan menuju ke Malang dimulai dengan menunggu Bus sambil Gojek Ria di pelataran depan sebuah rumah makan di janti. Sesuai kesepakatan rapat sebelumnya, bahawa Tidak akan menaiki Bus yang ber-AC, tujuanya sih sepele ‘ Agar tetap bisa mengisi tubuh dengan asupan Nikotin tentunya” (maklum ahli hisab…hehe). Dan ternyata bus yang di maksud tidak kunjung datang, setelah satu, dua, dan tiga bus yang lewat semua ber-AC, diputuskan kembali untuk menaiki apapun adanya Bus yang lewat setelah itu. Sepersekian menit, kendaraan pilihan datang dan bergegas saling bersalaman untuk berpamitan layaknya seorang yang akan pergi ke medan peperangan. Sepintas suasana haru muncul ketika melihat wajah-wajah para pengantar yang bakalan lama ditinggalkan.
“yah…..mau gimana lagi…Ayo berangkat” dalam hati
 Dan perjalanan panjang ke Malang dimulai dari situ, namun perjalanan tak kuasa kutuliskan karena aku terlelap dalam nyanyian suara knalpot bus jogja –surabaya.
“jok tangi….wes tekan ki…….” Ucap seseorang membangunkanku
“ tekan ngendi ki” tanyaku
“suroboyo” ayo pindah bis ki……ucap nurdin
Dengan keadaan yang masih setengah sadar karena nyawa emang belum terkumpul sepenuhnya, sliyungan, tergopoh-gopoh aku berjalan keluar dari bus, dengan menggendong Tas berwarna biru di punggung berjalan  menuju ruang tunggu bus yang menuju malang…
“Ki lho…. Golek  udut ro ndem ndeman (minuman bersoda)” ucap mang Un sambil menyodorkan uang Dua puluh ribuan.
“ayo mas avid” ucapku mengajak mas avid untuk menemani
Setelah muter-muter se-isi terminal, ternyata minuman yang dimaksut tidak ada, entah karena memang belum stok atau memang belum beredar disana. Akhirnya seadanya minuman bersoda dan bungkusan kretek berwarna hijau di beli dan segera kembali ke barisan. Eh ternyata dibelakangku ada mbak sitta PPBJ, karena merasa ga enak seolah selalu di liat dengan raut menagih (maklum sang eksekutor)….ahirnya ku buka Dompet kecil ku, dan ku ambil satu-satunya penunggu di dalamnya…
“Ki mbak sita….aku urunan” sambil menyodorkan selembar  seratus ribuan padanya, yang pada saat itu dia menjabat sebagai Bendahara Ekspedisi (khusus Tim dari Jogja)
“oh…kowe urung to…” jawabnya
“hehehehe” nyengir karena merasa tersindir
“Ayo mlaku” ucap mas Tom sambil mengangkat tas bawaanya untuk menuju Bis yang akan mengantarkan ke malang
Setelah beberapa menit sampailah di bus yang akan di naiki menuju malang, dan Tim Ekspeditioner jogja siap go to cangar…..
Hanya dalam beberapa jam TIM sampai dikota Apel (sebutan malang) dan langsung menyusuri Aspal (jalan kaki) menuju Pos Tahura (Taman Hutan Raya). Ceprat- cepret di sepanjang perjalanan tak bisa di elakkan, ya….sekedar mengabadikan moment berjalan bersama para Bird watcher kawakan, heheeh…
Dari kejauhan terlihat sesosok wajah yang tak asing yang terlihat menunggu kedatangan seseorang, katakanlah namanya Bayu (arek malang) yang telah membantu terselenggaranya Acara ekspedisi dimalang .
“Monggo-monggo….” Diselingi senyuman kecil di bibir
“ahhhhhh…..akhirnya sampai juga……” kira-kira pukul 10.00 WIB, sambil meletakan barang bawaan dan melepas lelah
“yang lain mana?”
“perjalanan mas”
“pye nek madang disik?” terlontar usulan menarik dari Bendahara Ekspedisi
“yo….ayo…..” sambil saling liat, seolah di todong untuk mbayari
setelah lama diskusi tanpa ada hasil, dari seberang jalan terdengar suara
“arep do madang kene ra???” panggil mas imam yang terlihat lebih raelistis untuk langsung menentukan tempat makan…
“ok..” serempak menjawab dan langsung bergegas menuju sebuah warung kecil di seberang jalan Pos Tahura dan langsung pesen sana sini sambil bercengkerama dengan Tim Ekspedisi lain seperti dari Jakarta (Boas dan adiknya  serta temen-temen malang). Lama  menunggu pesanan yang tak kunjung datang (maklum warung kecil dan hanya digawangi dua orang yang terbilang veteran), hujan turun menghakimi orang-orang yang makan diwarung kecil dan sadisnya atap warung tak mampu menahan laju air yang datang silih berganti.
Dalam hati tertawa melihat makanan yang notabene adalah lalapan menjadi makanan berkuah, ditambah mantapnya suasana dingin karena punggung yang terasa dingin karena basah, benar benar CANGAAAAAARRRRRR!!!!
Selesai makan dan membayar, datanglah Kang Arman (salah satu anggota Tim dari Jogja) yang ternyata baru selesai dari kamar mandi.
“Pesenanku endi?” Tanya kang arman
“ lha…..waduh lali ra di gaweke. Pesen ae maneh di bungkus” jawab bu bendahara
“ yoes ra usah lah, ku mangan kono ae” jawab kang arman dengan ke-ikhlasan tingkat tinggi
Sementara itu didepan kantor Tahura telah menunggu Sebuah Truck dengan Terpal di atasnya  yang siap mengantar para Ekspeditor ke Cangar. Segera Tim beserta peralatan dinaikan ke truck dan menata Truk yang basah sedemikian rupa agar membuat nyaman selama perjalan. Dan Team siap mengarungi jalanan menuju cangar.
Suasana dalam truk yang basah dan jalanan yang berliku-liku  membuat ku terbangun dari tidur dan segera menuju bagian belakang truk yang tidak tertutup terpal. “Subhalalllaaahhhhh……” pemandangan jalanan berliku dikelilingi kebon apel menjadi hiburan tersendiri bagi perjalanan. Namun disisi lain ada Dua orang dari team yang tidak mau disebutkan namanya mengalami MP (Mabok Perjalanan)selama dalam truk. Ya….salah seorang memang lagi sakit, dan satu lagi menemani yang sakit. Hehehhe  “itulah salah satu warna perjalanan…..”
Setelah lama menanti dalam truk, sampailah Team dengan Selamat di Cangar. Segera team menurunkan barang bawaan dari truk,.  Arek malang selaku tuan rumah langsung mempersilahkan masuk kedalam salah satu bangunan istimewa yang ada di sana. Kejadian lucu pun terjadi…. Saat semua orang sibuk menurunkan barang dan memasukkanya dalam ruangan,  Entah sengaja atau tidak hasil dari “Utah- Utahan”  mabok perjalanan yang saat itu terbungkus oleh plastic  berwarna hitam tertinggal dalam bak truk. Sontak pemilik Truk yang mengecek barang bawaan berteriak
 “ heeiiiii…..Ini minumanya siapa yang tertinggal????” sambil memegangi kantong plastic seolah memegang es teh yang segar.
“ eh iyo….punya ku……” jawab salah satu anggota team sambil berlari seolah tidak memberi kesempatan pada si empunya truk untuk melihat isi kantong
Sontak aku tertawa terbahak melihat kejadian itu, andai saja si empunya truk melihat isi plastiknya……hhhahahahaahhahah
“Aaahhhhhhhh” hela nafas panjangku menghirup udara segar pegunungan…
Bergegas semua team masuk ruangan (kantor Cangar) untuk meletakkan barang bawaan dan menandai daerah territorial untuk kelompoknya. “Terlihat wajah-wajah lesu berbau Capeknya perjalanan jauh”.
“Enak e tempat masak neng di ki” Tanya Nurdin yang pada saat itu telah di plot sebagai Ujung tombak Juru masaknya Jogja team.
“Kono ae din” tunjuk ku kearah sebuah sudut ruangan
“yo ayoh di usungi barang barange” balas nurdin
Puluhan Tabung gas lengkap dengan Nasting nya dan sepaket perlengkapan masak beserta beberapa buah tas dipindahkan ke sudut ruangan. Disudut lain terlihat berbagai kesibukan seluruh anggota Ekspedisi FOBI menyiapkan dan menata perlengkapan yang telah dibawa.
Setelah tata ruang selesai, saatnya berkeliling di sekitar tempat menginap, ya…..bisa dibilang proses adaptasi gitu…..
Langsung kutuju belakang kantor yang terlihat lebat dengan pohon dan semak serta terdengarnya suara gemericik air sungai menambah penasaranya hati akan temuan (burung yang di maksud) yang menarik. Baru kira-kira lima langkah dari pintu belakang kantor
“Peeeerrrrr…………..’’ suara terbang burung
“Ueeeehhhhh!!!” sontak keluar dari mulut karena kaget bercampur kagum melihat sepasang Sikatan belang (burung) terbang sekitar 3 meter tepat didepan tempat ku berdiri
Saking senangnya melihat itu, langsung kutancap gas lari kedalam kantor untuk mengambil senjata utama ku (kamera) yang saat itu tertinggal dalam tas. Setelah beberapa menit mengambil kamera, ternyata burung yang mau ku bidik hilang tak tau rimbanya….
“Aduuuuhhh kemana ya” sesalku
Sambil tetap melirik kesana sini berharap melihatnya kembali dengan jarak dekat. Hujan turun dengan deras seolah tak memberiku kesempatan untuk kembali memasuki kantor. Saat itu aku dan temen-temen biolaska duduk di emperan dibangunan sebelah kantor sambil melihat Nurdin yang sibuk dengan Setting kameranya.
“Udan-udan enak e udut iki” lontarku
“dijupuk ae udud e jok….neng isor task u cilik” perintah mah avid sambil menunjukan tasnya
“Ok” jawabku
Tanpa Fikir panjang aku langsung berlari mencoba menghindari tetesan hujan untuk mengambil udud di dalam kantor. Ternyata didalam sudah ada “kang swiss” dari baluran yang sedang asik ngobrol dengan Pak bas, mas imam, dan teman-teman lain.
“nang di yo?” cariku mengolak alik tas sambil menutupi rasa malu, karena ternyata Tas yang hitam kecil yang berisi  rokok itu berada ditengah-tengah kerumunan.
“pye bro???” Tanya mas swiss sambil sapa
“sae mas” jawabku sambil menjongkok untuk salaman
“Dewean ta mas? Gentian aku yang bertanya
“iyo” balas mas swiss
“Neng di to mas avid???” suaraku lantang sambil berdiri pura-pura bertanya karena “EWUH” mau ambil rokok
“Yo neng kunu” jawab avid
“Oh iki tooo” seolah baru melihatnya
“amit mas mendet tas” berlagak sopan heheh
Setelah tas berisi amunisi ku dapat, aku segera merapat ke teman-temen biolaska di emperan dan dimulailah ritual Nggelek “nglinting/membuat rokok sendiri” karena memang pada saat itu kami telah memutuskan untuk membawa tembakau dalam upaya Hematisipasi “ngirit/menekan pengeluaran”. Yaaaahhh….inilah biolaska. Kere ketemu hore” ingatku akan ucapan mang un tempo hari.
Terdengar suara gelak tawa dari dalam kantor setelah adanya kang swiss, dan membuat aku dan teman teman tertarik untuk segera masuk dan bergabung didalamnya. Ya…bisa dibilang memanfaatkan moment, mumpung ngumpul.
Kesan pertama canggung, karena memang merasa kurang akrab dan kurang dalam hal ilmu, usia dan sebagainya. Namun semakin lama semakin merasa nyaman dengan “kesantaian” yang disuguhkan oleh para senior hingga tanpa terasa keakrapan itu terjalin dengan sendirinya. Detik, menit dan jam terlalui dengan cerita dan tawa hingga malam pun menyapa,
“kae mau mie karo kopi soko mas swiss” ujar mas imam
“ awas nek kopine ra entek….tak kon mangan bubuk e pokok e” sambung mas swiss sambil ketawa
“ oh siapp mas” balas Nurdin yang memang hobi Ngopi
pemandian air panas menambah hangatnya suasana
Dinginnya malam dan panjangnya obrolan membuat inisiatif Nurdin selaku kepala perpawonan mengusulkan untuk membuat kopi, segera di iyakan dan segera menyalakan kompor mini yang ada. Sempat terfikirkan perihal air yang digunakan untuk memasak, maklum berhubung tempatnya adalah pegunungan yang terdapat sumber pemandian air panas yang tentunya mengandung belerang. Jadi kami berfikir bahwa semua air mengandung belerang. Namun setelah ditanya ke Arek-arek malang yang biasa kita sebut panitia, ternyata air yang sudah masuk rumah aman untuk digunakan keperluan masak. Setelah air tersedia ujian lain muncul karena kompor yang dibawa oleh biolaska rusak dan tidak bisa digunakan. Maklum barang tua….akhirnya mas Tom (birdwacher Jogja) berbaik hati untuk mangambilkan kompor lain milik mbak Nia (peneliti herpetology Jogja), namun sayang, kompor mbak nia juga rusak. “Aduuuhhhh pye ki kok rusak kabeh” semua agak dibikin pusing dengan kompor/nesting.
“Eng ing eeeenggg………” muncul mas fian (Lutfian nadzar, seorang ekspeditor dari semarang) yang mencoba memperbaiki kompor.
“ki lho pake punyaku…” ujar mas Arman, yang tanpa disadari merupakan pahlawan selanjutnya karena hanya kompornya yang bisa digunakan.
Dari ketiga kompor yang ada ternyata hanya dua yang bisa digunakan. “Wahhhh” kopi pertama Cangar telah tersaji, segera disuguhkan untuk para te-tua untuk sekedar menghangat kan badan.
“mas ayo kumpul pembukaan” ajak Heru yang merupakan pimpinan para arek malang
Segera teman-teman berkumpul dalam satu lingkaran besar disisi sayap ruangan. Saling pandang dan saling tunjuk sempat terjadi karena mungkin memang sifat saling ewuh atau memang bingung siapa yang bakalan membuka acara. Karena memang acara Ekspedisi tersebut bukan acara resmi, jadi tidak ada panitia, tidak ada peserta. Akhirnya Heru selaku tuan rumah didaulat untuk membuka forum  pada malam itu. Serta sedikit pengantar dari pak Bas (selaku admin FOBI) dan teman-teman lain mengiringi salam perkenalan tiap orang yang hadir. Setelah sedikit ulasan tentang FOBI dan sesi perkenalan selasai diputuskan untuk Hunting malam“nyuluh” yang pertama.
Semangat sempat terkikis oleh rasa lelah yang menyelimuti. Namun saat malas berkuasa, wajah tercengang melihat Pak Bas yang telah memakai pakaian tempur lengkap dengan senternya berdiri dengan gagah dan berkata “ayo”. Padahal sebelumya beliau selalu berselimut Sarung karena kondisi tubuhnya yang kurang sehat. Melihat itu semangat ku terbakar dan langsung bersiap untuk tempur(hunting).
Proses siap-siap yang cukup lama membuat Tim UIN keluar paling terahir.
“lho kok sepi” ucapku
Survivle ala Ekspeditor
“wes do mangkat” ucap Heru yang pada saat itu bertugas menjaga kantor
“neng di ki enak e” semua terlihat bingung karena hunting pertama ditempat yang sama sekali tidak kenal medanya
“ngiri wae…sing nganan wis akeh” usul Heru
“Yoes yoh” mang un mengambil komando sambil berjalan kekiri
Sepi, gelap dan dingin. Hanya suara jangkrik yang mengiringi. Sempat bingung mau ambil foto tentang apa, karena selain hanya bermodal kamera manten (pocket) juga tidak semua anggota tim membawa alat penerangan. Jadi Cuma nguntit dibelakang sambil sesekali ikut nimbrung ngambil gambar. Karena dirasa bila hanya menyusuri jalan tidak akan mendapatkan objek yang bagus, maka aku dan mang un berusaha untuk mencari jalan masuk dalam hutan, setelah sebelumnya kang arman telah masuk duluan di tempat yang berbeda.
“Ki ono dalan mudun” ujar mang un
“ayo mang” jawabku sambil nguntit dibelakangnya
“eh…kok ada gubug kecil” dalam hati
“Opo mang?” tanyaku karena melihat mang un memalingkan tubuh
“mbalik po??” jawab mang un setelah menyadari bahwa itu tempat petilasan
“Opo to?” sahut arman yang tiba-tiba datang dari belakang
“iki ki petilasan e” mang un menambahi
“rap o-po, foto-foto sekitar e wae” kata arman dengan gaya pemberani
Setelah beberapa saat …
“ayo munggah yo….” Ajakku pada mereka setelah merasa tak ada objek yang didapat
“ayo’ sahut mereka sambil jalan
Melihat waktu yang sudah larut akhirnya team memutuskan untuk kembali ke kantor dan istirahat. Sesampainya dikantor ternyata teman-teman lain telah sampai duluan disana sambil berkumpul menceritakan temuanya masing-masing.
hari ke-2
Hari ini tim kami memutuskan untuk berjalan searah dengan jalan yang dilewati ketika hunting malam sebelumya, karena memang masih ada rasa penasaran yang menghinggapi. Watu Ondo, itulah nama salah satu spot yang kita jadikan tujuan. Kawasan ini memiliki keindahan dua air terjun dan aliran sungai serta kanopi hutan yang rapat. Jalanan menuju air terjun tersusun dari bebatuan yang di susun menyerupai tangga/Ondo (bahasa jawa). Disepanjang jalan dan daerah sekitar watu ondo inilah saya dan teman-teman Pocketer (pembawa pocket hehehe) mendedikasikan keberadaanya di cangar untuk hunting serangga khususnya kupu-kupu, walau tidak dipungkiri sesekali mengambil foto burung dengan menggunakan metode Digiscoping (menyambung kamera dengan binokuler).
Setelah istirahat sebentar, tim melanjutkan perjalanan menuju Coban teyeng. Sepersekian menit meninggalkan Watu ondo kaki ini terasa pliket (lengket-lengket gimana….) ternyata setelah saya periksa, lengket itu berasal dari darah yang terus mengalir akibat bekas gisan (gigitan+hisapan) pacet yang mengambil porsi makan siangnya dari kaki ku.
” Wah !!! donor darah iki” ucapku
“ngopo jok?” Tanya mas avid
“ pacet mas” jawabku
“Mang un, keni tembakau ne…!!! aku keno pacet ki ” panggilku sambil meminta
“Iki lho” uluran tangan mang un yang mengasihkan potongan Cerutu dari kantong
“Mati o kowe” aku yang nggedumel pada pacet sambil menetesinya dengan air tembakau. Dan ternyata terbukti mustajab, seketika gigitan pacet itu dilepaskan
“Alhamdulillahhh…..” ucap syukurku
Diperjalanan aku tertawa sendiri bila melihat kang swiss ngosek-osek (memilah-milah) serasah yang saat kutanya jawabanya adalah mencari kodok. Setelah beberapa kilo sampailah di jalan menuju Coban teyeng. Ternyata tempatnya terlihat serem karena memang pohonya besar-besar dengan udara yang lembab seolah daerah tak terjamah.  
Untuk menghilangkan lelah, muncul ide untuk membuat kopi. Karena memang sudah dipersiapkan bekal berupa peralatan masak dan bahannya. Namun ditengah penantian air yang hampir mendidih mendung mulai meneteskan airnya. Terpaksa membuat tenda sementara diselingi kopi dan udut penghangat suasana.
Dirasa hujan telah mereda tim bergegas kembali ke kantor untuk masak dan istirahat. Menghemat tenaga untuk Ekspedisi malam.
Hari ke-4
Junonia iphita,  eksotisme  Cangar
Dihari yang keempat ini saya dan Nurdin, mang un dan mas avid sengaja tidak hunting kedalam hutan, bahkan kita naik menuju perkampungan. Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk belanja dan mencari sinyal. Diperjalanan berangkat kita dikejutkan dengan terlihatnya 2 ekor elang hitam dan 2 ekor elang jawa yang sedang soaring dan sedang di mobbing(perilaku burung yang lebih kecil yang menyerang burung lebih besar) oleh srigunting. Kejadian tersebut sempat sambil menyita perhatian kami. Sambil ngopi, sambil ngamati……
Setelah berhasil mendapat sinyal dan belanjaan, kita memutuskan untuk pulang ke kantor dengan melewati jalan yang berbeda, ya…siapa tau ada objek yang menarik. Dalam perjalanan yang diselingi guyonan itu, tak sengaja mata ini melihat jaring panjang terpasang di antara pohon-pohon dengan satu ekor Cucak kutilang tersangkut di dalamnya. Walahhhh!!!! Kerjaane sopo kie???(dalam hati)
Ayo di col kea e (ungkap mang un dengan nada agak tinggi……(maklum bird wacher)heheheh)
“Ayo” jawab kami sambil lihat kekiri dan kekanan berharap tidak ada yang sedang menjaga jarring tersebut. Seketika Nurdin dengan nalurinya sebagai pecinta dan pangamat burung menaiki pohon dan melepaskan si kutilang dari jarring. “Burrrrrr………..” suara terbang burung pergi bersama leganya hati yang terpuaskan oleh perbuatan yang bisa di bilang pelepasliaran itu. yang tertinggal hanya senyum dan beberapa helai bulu yang terlepas dengan sedikit lumuran darah si kutilang. Setidaknya dia masih bisa terbang bebas dan berkicau di alam.
Sambil jalan kita saling melempar senyum menertawakan ekspresi yang akan terpancar dari si pemasang jarring ketika melihat sisa bulu burung di jaringnya. Hahhahahaha.
Singkat cerita, perjalanan panjang yang terasa singkat telah mencapai ujung batas waktu ekspedisi. Kegilaan hari demi hari hanya ungkapan cinta.
Terima kasih untuk temen2 malang, FOBI dan temen2 Biolaska ekspedisi
Mohon maaf, cerita belum dapat diselesaikan.

Entri Populer