Senin, 25 Juli 2011


“KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN JENIS-JENIS "BURUNG DI PANTAI JEDING RESORT LABUHAN MERAK TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO JAWA TIMUR”
oleh : JOKO SETIYONO
BIOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA 
YOGYAKARTA

Foto oleh : Mas Untung (TESIA)


A. LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di Asia tenggara, di tingkat dunia Indonesia menduduki peringkat dua setelah Brasil, bahkan ada mengatakan “world’s megabiodiversity nation” yang termasuk dalam kelompok “biodiversity hotspot nations”. Hal ini tidak lepas dari letak geografis Indonesia. Secara geografis Indonesia mempunyai beribu pulau yang berada di antara dua benua Asia dan Australia, serta dilalui garis khatulistiwa.
Dengan posisi ini, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiki keanekaragaman hayati besar di dunia. Dengan luas wilayah 1,3 % dari luas muka bumi, sebagai Negara megabiodiversity, Indonesia memiliki keanekaragama hayati satwa sangat tinggi yang terdiri dari mamalia 515 spesies (12 % dari mamalia dunia), reptil 511 spesies (7,3 % dari spesies reptil di dunia), amphibi 270 spesies, binatang tak bertulang belakang 2827 spesies, 35 spesies primata, 1400 spesies ikan air tawar dan 121 spesies kupu-kupu (Status lingkungan hidup, 2008). Disamping itu, Indonesia merupakan salah satu kawasan penting bagi keanekargaman hayati burung, Indonesia memiliki 1598 spesies burung (17% dari burung di dunia). Dari 1598 ini tersebar di seluruh Indonesia, pulau Sumatra memiliki 628 spesies, pulau Jawa-Bali 507 spesies, pulau Lombok dan sekitarnya 426 spesies, Papua 671 spesies, Kalimantan 522 spesies dan Sulawesi 416 spesies (Yuda, 2011).
Burung merupakan komponen penting dalam siklus rantai makanan di sebuah kawasan. Burung berperan dalam membantu proses penyebaran biji-bijian, membantu proses penyerbukan pada bunga, dan sebagai indikator pencemaran lingkungan. Untuk kepentingan konservasi burung perlu adanya pendataan keragaman dan kemelimpahan burung di kawasan tertentu, terutama di Taman nasional baluran Jawa Timur
Taman Nasional sebagai kawasan konservasi adalah sebuah strategi pelestarian. Kelestarian ekosistem, habitat, floradansatwanya.Ada lima kelompok besar jenis satwa: mamalia, burung, reptil,serangga dan ikan,yang terdapat dalam sebuah taman nasional. Masing-masing kelompok perlu kita ketahui, ada berapa species dan dimana. Seperti apa peta penyebarannya.Tahap selanjutnya perlu diketahui kondisi populasi masing-masing species. Tahap terakhir bagaimana melestarikan, meningkatkan masing-masing populasi species tersebut.

BAB IV
JUDUL
“KERAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN JENIS-JENIS BURUNG DI PANTAI JEDING RESORT LABUHAN MERAK TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO JAWA TIMUR”

METODOLOGI
Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: binokuler merk Bushnell 20x50 168 FT AT 1000 YDS Coatet optic, buku panduan lapangan MacKinnon burung-burung Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali. Buku panduan lapangan Taman Nasional Baluran, kamera pocket, alat tulis, alat pemikat burung dan Jam tangan.
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Metode jelajah di Sepanjang Pantai Jeding Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran.
Metode sensus burung yang dilakukan dengan menggunakan metode Tingkat Pertemuan (Encountered rates). Setiap jenis burung yang ditemukan dalam sebuah tabel. Setiap menemukan spesies dihitung jumlah individunya dan dicatat dalam tabel.
Identifikasi jenis burung menggunakan buku panduan lapangan burung-burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali (MacKinnon et all, 2010).

Metode Analisis Data
Keanekaragaman Jenis Burung
Untuk menghitung indeks keanekaragaman jenis burung digunakan indeks Shannon-Wiener sebagai berikut:
H^'=-∑_(i=1)^s▒〖(Pi ln⁡〖Pi)〗 〗
Keterangan:
Pi = ni/ N
ni = Jumlah individu suku ke-i
N = total umlah individu
s = total jumlah suku dalam sampel
Kategori angka indeks keanekaragaman jenis kedalam kelompok keanekaragaman besar, kecil atau sedang dapat dilakukan dengan mengacu pada standar berikut:
Tabel.1 Standar indeks keanekaragaman jenis
Nilai (H') Kategori keanekaragaman
0 < H' < 2,0302 2,0302 < H' < 6,907 H' > 6,907 Kecil/ Rendah
Sedang
Besar/ Tinggi

Kemelimpahan Jenis Burung
Kemelimpahan jenis burung dianalisis dengan Analisis Data Tingkat Pertemuan dimana tingkat pertemuan untuk setiap jenis sama dengan jumlah individu total yang tercatat oleh ketiga kelompok pengamatan dibagi dengan waktu pengamatan dan dikalikan sepuluh, untuk memberikan hasil dalam unit jumlah individu yang tercatat per sepuluh jam pengamatan (Bibby et all, 2000).





Skala urutan kelimpahan sederhana menurut Lowen et all (1996) dalam Bibby et all (2000) adalah sebagai berikut:
Tabel.2 Skala kemelimpahan sederhana
Kategori kelimpahan
(jumlah individu per 10jam pengamatan) Nilai kelimpahan Skala urutan


< 0,1 1 Jarang
0,1 - 2,0 2 tidak umum
2,1 - 10,0 3 Sering
10,1 - 40,0 4 Umum
40,0 < 5 melimpah



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Keragaman dan kemelimpahan Jenis-jenis Burung Di Pantai Jeding Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran Situbondo Jawa Timur
No. Jenis Jumlah individu oleh 3 pengamat Jumlah individu nilai kemelimpahan Kelas/ Kelimpahan Relatif
18/07/2011 19/07/2011 20/07/2011
1 ayam hutan hijau 4 8 6 18 22,5 Umum
2 cekakak sungai - 1 1 2 2,5 Sering
3 gelatik batu kelabu 4 6 5 15 18,75 Umum
4 dederuk jawa 12 8 14 34 42,5 Melimpah
5 walet linci 22 30 30 82 102,5 Melimpah
6 kirik-kirik senja 3 1 2 6 7,5 Sering
7 cipoh kacat 6 8 12 26 32,5 Umum
8 burung madu sriganti - 1 3 4 5 Sering
9 merbah cerucuk 4 2 5 11 13,75 Umum
10 layang-layang loreng 2 2 3 7 8,75 Sering
11 punai gading 3 5 2 10 12,5 Umum
12 punai siam 6 4 10 20 25 Umum
13 takur ungkut-ungkut 4 - 6 10 12,5 Umum
14 punai pengantin - - 4 4 5 Sering
15 pergam hijau - 4 4 8 10 sering
16 perenjak jawa - 1 3 4 5 sering
17 elang ular bido 1 1 1 3 3,75 sering
18 kipasan belang - 2 1 3 3,75 sering
19 cinenen jawa - 2 5 7 8,75 sering
20 cabai jawa - 2 3 5 6,25 sering
21 perenjak rawa 2 2 2 6 7,5 sering
22 kapasan sayap putih 6 11 8 25 31,25 umum
23 srigunting hitam - 3 2 5 6,25 sering
24 tekukur biasa 15 29 11 55 68,75 melimpah
25 caladi tilik 2 - 2 4 5 sering
26 perkutut jawa 4 2 5 11 13,75 umum
27 perenjak coklat - 1 2 3 3,75 sering
28 wili-wili besar - - 2 2 2,5 sering
29 elang brontok - - 1 1 1,25 tidak umum
30 kangkareng perut putih 2 - 6 8 10 sering
31 bentet kelabu 2 2 1 5 6,25 sering
32 gemak loreng 1 1 1 3 3,75 sering
33 elang laut perut putih - 1 2 3 3,75 sering
34 kuntul karang - 1 - 1 1,25 tidak umum
35 dara laut tengkuk hitam 6 - - 6 7,5 sering
36 cinenen pisang 2 4 2 8 10 sering
37 kapasan kemiri 6 2 - 8 10 sering
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan burung yang dijumpai di Pantai Jeding Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran

Pembahasan
Hasil Pengamatan Keanekaragaman Burung Di Sepanjang Pantai Jeding Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran Di Jumpai 37 Jenis Burung Dengan 23 Suku Yang Berbeda. 8 Jenis Dari Family Columbidae, 5 Dari Family Silviidae, 1 Dari Family Phasianidae, Alcedinidae, Paridae, Appodidae, Meropidae, Aegithinidae, Nectariniidae, Hirundinidae, Rhipiduridae, Dicaeidae, Dicruridae, Picidae, Burhinidae, Bucerotidae, Laniidae, Turnicidae, Ardeidae, Laridae, 2 Jenis dari Family Campepaghidae Dan Picnonotidae , Serta 3 Jenis dari Family Accipitridae.
Dari semua jenis burung yang teramati di sepanjang pantai jeding memiliki nilai dan kelas kemelimpahan yang berbeda, Pada tempat ini di dominasi oleh Family Columbidae yaitu 8 jenis dan burung jenis ini juga masuk kategori umum di temukan di tempat lain. Seperti : tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dederuk jawa (Streptopelia bitorquata), perkutut jawa (Geopelia striata). Dan untuk jenis yang sulit atau tidak umum untuk di temui dari family Accipitridae, yaitu eang brontok (Nisaetus cirrhatus) dan family Ardeidae, yaitu kuntul karang (Egreta sacra)
Banyaknya keragaman jenis burung di pantai jeding dipengaruhi oleh habitat yang bervariasi, hampir semua komponen dari habitat burung dapat kita temukan di sepanjang pantai jeding, mulai dari hutan mangrove sebagai tempat tinggal bagi family Alcedinidae, semak belukar dan padang rumput tempat berlindung family Silviidae dari predator, serta adanya pohon- pohon besar seperti pohon gebang sebagai tempat tinggal dan tempat mencari makan bagi family Bucerotidae, dan pohon krasak (Ficus sp) yang setiap waktu pengamatan selalu di penuhi oleh puluhan Spesies dari Family Columbidae dan Capitonidae. Selain itu di dalam hutan juga terdapat tiga lokasi kubangan air tawar yang memungkinkan bagi satwa khususnya burung untuk minum dan berburu makanan, pada lokasi ini dapat kita temui puluhan spesies dari Columbidae dan empat sampai enam ekor dari family Phasianidae, seperti Ayam hutan (Gallus varius). Hal ini diperkuat oleh keindahan pantai yang bersubstrat pasir dan batuan karang yang menjadi tempat bagi burung- burung pantai, seperti kuntul karang (Egreta sacra), dara laut tengkuk hitam (Sterna sumatrana) dan wili- wili besar (Esacus neglectus).
Perbedaan jenis-jenis burung dan keberagaman nilai kemelimpahan pada masing-masing pengamatan menurut Hernowo, et al.(1988), apabila kondisi habitatnya kurang baik dalam mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan atau faktor lain (luas area dan iklim) dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung. Lack (1971), menyatakan bahwa jumlah jenis burung sangat bergantung pada karakteristik habitat, jumlah jenis burung juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan sumber daya yang ada. Lebih lanjut dikatakan bahwa semak belukar yang rapat merupakan tempat berlindung yang baik bagi burung bertubuh kecil terhadap serangan angin kencang, udara dingin dan serangan predator yang umumnya bertubuh lebih besar. Adanya perbedaan jumlah jenis burung pada masing-masing lokasi pengamatan ini diduga karena karakteristik habitat (komposisi tumbuhan) dan aktivitas masyarakat.
Pantai jeding merupakan tempat penting bagi satwa, khususnya burung. Hal ini dikarenakan pantai jeding memiliki habitat yang komplek bagi satwa khususnya burung, seperti hutan mangrove, savana, semak belukar, adanya kubangan air tawar serta pantai panjang yang bersubstrat pasir dan batuan karang. Namun adanya aktifitas warga dalam mencari ikan, menggembala (Ngangon) sapi yang hingga mencapai 1500 sapi dan mencari rumput di hutan membuat habitat alami dari satwa terfragmentasi dan membuat satwa enggan menempati habitat aslinya. Sehingga membuat aktifitas burung, khususnya burung pantai jarang terlihat di lokasi pengamatan.


















DAFTAR PUSTAKA

John MacKinnon. Phillips, K. and van Balen, B. 2000. Burung – Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam). Jakarta: Puslitbang- LIPI.

Peterson, R. T. 1971. The Birds. New York : Time Life Nature Library.

Purwantoro, A., Erlina Ambarwati dan Fitria Setyaningsih. 2005. Phylogenetic Of Orchids Based On Morphological Characters. Ilmu Pertanian. 12 (1) : 1 – 11.

Retnoningsih, A. 2008. http://shantybio.transdigit.com/?Biologi_Taksonomi: Taksonomi_ dalam_pengelolaansumber%26nbsp%3Bdaya%26nbsp%3Bgenetika%26nbsp%3Btumbuhan%26nbsp%3Bdi_Indonesia [5 September 2008].

Setyawan, A. D. 1999. Status Taksonomi Genus Alpinia Berdasarkan Sifat-Sifat Morfologi, Anatomi, dan Kandungan Minyak Atsiri. BioSMART 1(1) : 31-40.

Sujatnika. 1995. Melestarikan keragaman Hayati Indonesia Pendekatan Daerah Burung Endemik. Jakarta : PHPA/Birdlife International- IP.

Whitten, T, and R. E. Soeriatmadja, S, A. Afif. 1996. The Ecology of Java and Bali. Vol II. Singapore : Peripuls Edition (Hk) Ltd.

Zakaria, M., Rajpar, M. N., and Sajap, A. S. 2009. Spesies Diversity and Feeding Guilds of Birds in Paya IndahWetland Reserve, Peninsular Malaysia. Zoological Research 5 (3) : 86-100.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer