Anggrek merupakan salah satu tanaman yang identik
dengan keindahan. Bunganya yang cantik
menjadikanya incaran para penghobi anggrek (Angrek-ist). Namun hal ini tidak
dialami oleh Gastrodia crispa. Anggrek
saprofit ini kurang dikenal karena memang jasad
dan bunganya dianggap kurang menarik. Anggrek jenis ini tidak memiliki
daun dan klorofil, sehingga hanya berwarna coklat tua. Anggrek dengan tinggi
sekitar 8 cm dan berbunga sekitar 2 cm ini hidup pada tanah yang berserasah dan
mendapatkan suplay makanan dari humus.
Anggrek Gastrodia crispa @ JS |
Anggrek ini telah
tercatat di gunung merapi Yogyakarta sejak
1997. Padahal sebelumnya anggrek jenis ini dianggap sebagai angrek endemik Jawa
Barat. Di luar negeri beberapa Genus dari Anggrek Genus ini
telah mampu diolah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan manfaat lebih
banyak. Salah satunya manfaat dalam bidang kesehatan. Konon anggrek dari genus
Gastrodia telah mampu diolah menjadi obat herbal yang mampu menyembuhkan beberapa
penyakit misalnya pusing,
kejang,hipertensi atau stroke.
Didalam negeri
(Indonesia), Angrek yang umum ditemui di Lereng Gunung Merapi ini hanya
dijadikan objek “Jeprat-jepret” para pengamat anggrek. Bentuk nya yang imut “Chibi-chibi”
dan habitatnya yang dianggap menarik dan berbeda dengan anggrek hias kerap
membuat orang semakin penasaran.